Gloomy sadness

Salah satu pembelajaran di SSTL yang gak pernah gue lupa adalah:

Ada yang namanya synaptic pruning, yaitu kematian neuron-neuron dari tubuh kita.

"Dan kalian tahu kapan neuron-neuron di tubuh kalian itu tingkat kematiannya mencapai puncak?"

Seisi kelas terdiam.

"Saat masa remaja sekitar 13-17 tahun. ada kematian masal neuron di tubuh kalian. itulah kenapa kalian di usia segitu sangat moody."

-----------------------------------------------------------------

hari ini gue mendengar berita yang agak menyesakkan. berita bunuh diri. lagi. entah udah berapa kali gue denger berita ini selama gue idup.

dan salah satunya, adalah orang yang gue kenal.

dengan cara yang paling gue nggak suka yang membuat gue kalo liat adegan itu di film.... gue ga bakal kuat.

well, if someone suicide, some people out there will sad, don't you understand this simple theory?

bahkan bukan cuma orang yang kenal sama lo, bunuh diri, kata itu gak akan pernah enak buat didengar siapapun dalam menjelaskan kematian seseorang. hal itu adalah semenyedihkannya cara seseorang buat mati. ketika lo bunuh diri, lo berarti kehilangan kepercayaan semua orang, tapi nggak. sebenernya, lo bener2 kehilangan kepercayaan semua orang kalo lo udah melakukannya. karena, lo sebenernya masih bisa percaya sama diri lo sendiri. percaya bahwa diri lo bisa menjaga diri lo sebaik mungkin. berkawan dengan diri dan nggak menjadikan diri lo lawan.

karena itu lah,

kalo lo sedang memegang pisau, jauhkanlah, yakinlah kalau setelah lo membatalkannya, akan ada kejadian baik di masa mendatang, dan berkawanlah dengan diri lo.

kalo lo sedang berada di pinggir atap bangunan tinggi dan menatap bangunan2 kecil di bawah sana, mundurlah.

kalo lo sedang naik di atas kursi dengan seikat tambang, injaklah lantai itu kembali.

kalo lo sedang memegang baygon, yakinlah kalau di luar sana masih ada hama yang lebih layak untuk diracun daripada diri lo.

gue yakin kalo lo menggagalkan usaha bunuh diri lo itu, suatu hari nanti lo akan bersyukur karena lo dulu nggak jadi bunuh diri. karena, kehidupan lo di masa mendatang ternyata berjalan dengan sangat baik. lo sempat bertemu dengan orang2 yang hebat dan belajar dari mereka, menemukan pengalaman baru, menemukan passion lo, berkesempatan meraih prestasi, dan hal2 yang hanya bisa lo capai kalo lo mempertahankan nyawa lo.

gue ngerti hal itu nggak mudah. karena gue juga pernah kehilangan semangat untuk hidup. tapi untunglah waktu itu gue sadar, kalau lantai itu memang untuk diinjak. kaki manusia tidak seharusnya melayang dari lantai.

sebenernya, gue nggak ngerti apa waktu itu gue lagi banyak masalah atau......... karena neuron-neuron gue lagi masa kematian masal. itu sudah sangat lama, saya tidak ingat haha. tapi saya bersyukur saya masih hidup sampai sekaraaaang~~

after all, you're great when you can keep yourself alive, and survive :)
Next PostNewer Post Previous PostOlder Post Home

3 comments:

  1. tapi harapan yang masih bisa bikin manusia bertahan untuk hidup, "seorang manusia bisa bertahan hidup 40 hari tanpa makan, 4 hari tanpa minum, 4 menit tanpa nafas, 4 detik tanpa harapan." jika gue nggk punya harapan gimana bisa hidup? atau gue belum nemuinnya?

    ReplyDelete
  2. rasanya teralu dini bagi seseorang untuk berkata, "gue udah gak punya harapan..."
    harapan dalam hal apa?

    apa dengan lantas di drop out jadi gak punya harapan?

    apa dengan lantas lo pernah melakukan sesuatu yang buruk di masa lalu lantas lo gak punya harapan?

    apa dengan lantas lo pernah gagal di suatu subjek, berarti lo gak punya harapan?

    nggak gitu lah.

    terlalu dini buat kita ngomong kalo kita gak punya harapan.
    harapan itu terbentang luas segitunya men. kita selalu punya harapan, selagi kita masih hidup. harapan akan tiada ketika nyawa juga tiada.

    ketika mengakhiri hidup, maka sesungguhnya manusia itu bukan tidak punya harapan, tapi ia mematikan harapannya sendiri.

    lo mau menyatakan diri lo punya harapan atau tidak, itu gimana diri lo. lo selalu punya free will kok. dunia berkata apapun tentang lo, lo bisa mensetting otak lo untuk berkata sebaliknya, sesuai apa yang lo mau. ketika lo mau untuk punya harapan, percayalah kalo lo memang punya. hanya mungkin lo belum mengakrabkan diri dengan harapan lo itu.

    ReplyDelete