Secara Utuh, Menghargai.

ide postingan ini berasal dari perbedaan pendapat antara saya dan seseorang mengenai bagaimana cara kami memandang suatu pekerjaan. ditambah lagi kenyataan bahwa saya sekarang merupakan siswi kelas XII yang mulai hampir mencapai ujung jembatan :) dunia yang sebenarnya telah menanti saya!

awkay, yang akan saya ucapkan pertama-tama adalah...

saya menghargai semua pekerjaan.
saya menghargai semua usaha seseorang untuk dapat survive dalam hidupnya.
saya tidak akan menilai suatu pekerjaan besar atau kecil.
tidak ada besar dan kecil buat saya, tidak ada rendah dan tinggi.
sama rata, semuanya punya kolerasi yang sama. sama-sama saling membutuhkan. kalau tidak ada salah satu unsurnya, perekonomian juga tidak akan berjalan dengan benar.
kan nggak mungkin semua orang jadi direktur.
emangnya direktur mau ngebersihin kantornya sendiri?
yeah, harus ada manusia yang mau jadi OB. harus ada orang yang hebat yang mau menerima pekerjaannya sebagai OB dengan ikhlas. untungnya sampai sekarang orang-orang seperti itu masih tetap ada. masih belum punah. belum semua manusia termakan oleh rasa gengsi yang bisa membutakannya, alhamdulillah :)

saya menghargai semua pekerjaan, apapun itu.
tukang bengkel
tukang sol sepatu
tukang pengganda kunci
pedagang asongan
tukang ketoprak
kasir minimarket
apapun itu...

saya suka melihat semangat para buruh di kawasan jababeka yang berjalan kaki menuju pabriknya masing-masing
jumlahnya sangat banyak. kadang terlihat seperti barisan semut saking banyak dan padatnya mereka ketika berjalan.
tapi mereka tidak seperti robot, mereka juga punya hati. terlihat dari bagaimana mereka sesekali tersenyum dan bersenda gurau dengan teman kerja yang berjalan di samping mereka.
sayang, mayoritas dari mereka adalah perempuan. perempuan memang boleh bekerja, dengan catatan, kalau mereka memang ingin.
namun yang saya amati, mereka bekerja karena tuntutan ekonomi, yang lebih parah kadang suami mereka yang mengantar jemput mereka ke pabrik itu...justru tidak bekerja.

saya suka melihat senyum pedagang kasur kapuk yang saya lihat beberapa hari yang lalu.
saya sedang berada di motor, dan pedagang itu lewat di samping saya.
dia benar-benar tersenyum riang sambil mengangkat dagangannya.
dia terlihat segar, walaupun kulitnya gosong terkena terik matahari, dan bajunya sedikit kotor.
dan setelah saya perhatikan, sepertinya dia seumuran atau lebih muda dari saya.

saya suka dengan keberadaan mereka. begitu pula dengan keberadaan warung nasi murah meriah di pinggir jalan. bagi orang2 yang tidak terbiasa hidup merakyat, beberapa pekerjaan semacam itu mungkin terlihat kecil di mata mereka.
tapi, buat saya dan banyak anak kos lainnya, keberadaan mereka itu....... kami butuhkan!
kalo ga ada usaha2 kecil di pinggir jalan yang murah meriah itu....... buat makan kami harus beli di restoran yang sekali makan bisa 20rb gitu? ih ogah!

"ah mereka emang pantes kayak gitu, soalnya mereka pas sekolah pasti nggak bener."

oh ya?
menurut saya itu cuma masalah bahwa... rejeki tiap orang itu berbeda-beda.
negara komunis sekalipun nggak mungkin tiap kepalanya punya pendapatan yang sama setiap harinya.
dua orang yang sama pintar dan sama rajinnya pun belum tentu dua2nya bisa sama suksesnya di masa depan.
orang yang kena drop out dari sekolah belum tentu rejekinya miris di masa depan.
jadi menurut saya sih besar kecilnya rejeki nggak mutlak ditentukan dari bener nggaknya mereka saat mengenyam bangku pendidikan. masih banyak faktor lain yang lebih menentukan.

"ngapain masuk kriminologi? mau jadi apa?"
"sastra bisa apa ntarnya?"
"susah2 ngambil pertanian, peternakan... jadi petani ama peternak ngapain pake kuliah."
"ilmu pemerintahan? kalo gak lolos melulu di tes CPNS, harus banting stir kan? ckck ngapain ngambil pemerintahan kalo akhirnya ngambil pekerjaan yang jauh banget?"

kalo ditanya tentang prospek kerja, saya alhamdulillah selalu punya jawabannya di otak. saya bisa menyebutkan serentetan prospek kerja dari beberapa jurusan yang banyak dianggap "tidak punya masa depan cerah"

sedangkan, kalau masalah pekerjaan yang melenceng dari ilmu yang kita ambil di bangku kuliah sih........
SO TO THE WHAT
SOOOOOOO WHAAAAAATTTTTT????
ya kenapa nggak?
ya kenapa harus berjalan di jalan yang itu-itu aja?
ya kenapa nggak coba yang baru?
ilmunya mubazir? gak bakalan!
yang namanya ilmu itu tetaplah ilmu, mau dari manapun asalnya, dan, suatu saat, PASTI akan berguna.

saya yakin banyak orang yang ngambil akuntansi, kedokteran, hukum, dan manajemen bukan karena itu passion mereka.......
tapi karena jurusan2 favorit itu memang terkesan sudah terjamin tentang lapangan kerja setelah sarjananya...

ya itu nggak salah sih. kalo lo emang pengen ikut arus besar mereka2 yang memasuki dunia seperti itu, ya silahkan...
tapi di mata saya sih, namanya lapangan pekerjaan, sangat dinamis.
semakin modern zaman, semakin heterogen jenis pekerjaan yang ada, dan akan banyak jenis2 pekerjaan baru yang bermunculan.
ya coba lah kembangkan.
kriminologi memang belum benar2 dibutuhkan Indonesia saat ini, tapi beberapa tahun ke depan? siapa yang tahu. kalau memang makin banyak pemikir2 kriminologi yang ahli, dan bisa sangat berguna bagi masyarakat... masih mau bilang kriminologi nggak guna?

ya, pokoknya, semoga setelah membaca ini... kalian sadar bahwa dunia butuh keseimbangan. jangan pernah sekalipun remehin pekerjaan yang di mata kalian terlihat kecil... pikir sekali lagi bahwa mereka still exist karena keberadaan mereka pasti ada yang membutuhkan, walaupun kalian pikir kalian nggak membutuhkannya.

begitu juga dengan ilmu, hargai itu!

by Amira Gates
Next PostNewer Post Previous PostOlder Post Home

0 comments:

Post a Comment