Coexist

somehow gue ngeri orangnya baca
karena jika baca pasti tahu dirinya yang dimaksud
but whateva

dan ya, gue belum pernah begini sebelumnya
kenal sekian hari, dan dalam sekian hari itu gue merasa dia adalah seorang asing yang sangat akrab
asing yang sangat akrab...............?

gue nggak tau, semacam terjadi begitu saja. ketika gue mulai berbicara dengannya tentang banyak hal, ketika gue berjalan di trotoar dan untuk menatapnya sambil berbicara gue harus mendongakkan kepala ke atas, rasa canggung yang akrab, rasa akrab yang canggung, tatapan yang nggak pernah berlangsung lebih dari 5 detik, but somehow he seemed try (and either myself).

dia siapa? kakak? iya, lebih tua secara tanggal lahir. adik? dari sifat sih iya. tapi gue memutuskan secara egois kalau kita seumuran.

seorang canggung introvert pendiem gabisamulaipembicaraan just like me, tapi ketika dia membicarakan hal-hal yang benar-benar dia pedulikan, dia lebih banyak omong daripada orang-orang di debat capres.

there are many times when i wanted to hate him so much because of his strict behavior, but i couldn't.
senyumnya kadang-kadang membuat gue addicted, membuat gue ingin memelihara senyum itu. atau mungkin karena gue melihat proyeksi bayangan orang lain dalam senyumnya yang sesungguhnya sangat mirip, gue gak tau.

in the end i gave up on him before it even started for two reasons:

1. We have a fatal difference: religion or what-we-believe

2. We have a fatal similarity: we both interested in men

such a sad story, right?
Next PostNewer Post Previous PostOlder Post Home

0 comments:

Post a Comment