"Lo capek banget ya hari ini?"

Pertanyaan yang hari ini telah diajukan oleh beberapa orang ketika melihat gue baru datang. Sebenarnya mungkin nggak seberapa dibandingkan para ketua-ketua organisasi yang jelas lebih banyak acara, tapi payahnya gue adalah mungkin gue emang gampang lelah dan nggak mampu menyembunyikan kelelahan itu :'D

Padahal baru kemarin bokap nyuruh gue fokus kuliah di saat gue punya rencana lain.
Yaitu mau coba mempertaruhkan IP gue semester ini.
Karena, sejelek-jeleknya IP gue semester ini, bahkan kalopun (amit-amit) gue nggak lulus satu pun matkul, gue nggak akan kena drop out karena SKS lulus gue sampe semester 4 udah ada 82, sedangkan minimal SKS lulus sampe semester 6 itu 72.
Bisa disimpulkan gue aman dalam perkara drop out.

Jadi dicobalah semester ini gue mau..... deep learning.
Kenapa deep learning?
Empat semester kemarin yang gue lakukan adalah surface learning.
Gue belajar semuanya, tapi nggak ada satu pun yang mendalam. I can predict what kind of question that will appear on exam paper. Tapi udah. Segitu doang. Di samping nilai ujian gue yang cukup tinggi, nilai tugas yang so so, tapi nggak ada satu pun matkul/kegiatan di semester lalu yang bikin gue mikir: "Wah bidang ini gue banget! Gue mau memperdalam bidang ini lebih daripada yang diajarin di bangku kuliah!"
Padahal, bagaimana gue setelah kerja nanti akan sangat bergantung dengan apa yang gue deep-learning-in selama kuliah, bukan apa yang gue surface-learning-in. Buat apa gue ngerasa paham sama semua subjek padahal aslinya kentang semua?

Jadi, kalo ditanya semester ini mau ngedeep-in apa.............sasaran gue sih:
-metakognisi
-psikopatologi dewasa
-psikologi konsumen

Sisanya, memperbanyak kegiatan luar perkuliahan agar softskill gue meningkat.......... :') seperti kecakapan komunikasi, mengadministrasi, dan leadership(?)
Tapi ngomongin soal komunikasi, gue jadi merasa bahwa gue menjadi orang yang semakin negativistik......... alias hobinya ngeliat kekurangan suatu ide mulu. Walaupun tujuannya adalah biar ide itu bisa dipoles lagi hingga mendekati sempurna sih.

Yaudalah begitu. Udah. Dah.
Carilah sebanyak-banyaknya, sumber kebahagiaanmu.

Padahal aku sendiri juga tidak yakin bahwa hidup itu berarti sebatas mencari kebahagiaan.

Tapi kalau bukan kebahagiaan yang berusaha diraih, lalu apa?

Aku kalau ditanya kenapa masih hidup jawabannya cuma dua: karena ingin survive dan suicide itu tidak baik.

Mudah-mudahan saja sampai akhir hayat pun dua hal itu tidak terbalik menjadi: survive itu tidak baik dan ingin suicide.

Balik lagi ke sumber kebahagiaan, belakangan aku menemukannya dalam sosok manusia (jamak). Tepatnya, manusia(s) yang awalnya ku tidak mengenal mereka secara akrab, lalu kemudian mereka seperti, "hei sini masuk ke duniaku." dan bagaimana mungkin aku tidak membalasnya dengan membukakan pintu duniaku sendiri.


Tapi sayangnya kebahagiaan berupa manusia(s) itu tidaklah kekal, karena dua hal: manusia(s) datang dan pergi dan manusia(s) bisa berubah.

Tapi kapan ya aku pernah bilang ke salah satu teman baikku bahwa konsep The One dalam pikiranku sudah lama buyar. Dalam arti, aku tidak bisa lagi melihat seseorang itu irreplaceable. Biasa aja. "Dia bukan satu-satunya." "Selalu akan ada orang baru." Begitulah. Sepertinya jadi less-depressive aja sih kalau mikir begini. Tapi di sisi lain, dampak buruknya adalah kehilangan esensi dari gambling-gambling-an ini.

-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Tapi serius, walaupun gue masih nggak pengen gambling-in kalian, menurut gue kalian orang yang bikin gue ngerasa sangat-sangat beruntung bisa ketemu kalian.

Gue nggak tau, mungkin akan tiba saatnya gue bilang, "kalian irreplaceable".

Saat itulah gue nggak lagi puasa nge-gambling. Karena dengan membuat pernyataan seperti itu, gue udah tau risikonya, apa aja yang akan gue pertaruhkan.

Tapi saat ini sih, nggak dulu.
Gue dua puluh tahun, beberapa bulan lagi akan menjadi dua puluh satu tahun. Dan gue semester lima, tahun ketiga kuliah, perhaps satu tahun setengah lagi sudah wisuda.

Dan saat ini, walaupun bukan giliran gue wisuda, gue melihat banyak teman-teman gue yang sudah mendahului gue wisuda. Terus gue mikir, betapa cepat ya waktu berlalu. Beberapa orang bilang, "Hebat ya waktu bener-bener nggak berasa, tau-tau kita udah sampai titik ini aja. Dan melihat banyak yang datang, banyak juga yang pergi."

Bagi gue ini bukan cuma hebat.
Ini magis.

Sebenernya gue bukan mau ngomongin ini sih. Ada beberapa poin yang gue dapet ketika gue mengobservasi beberapa sampel (yang bisa dibilang sangat kecil) mahasiswa (laki-laki). Dari beberapa sampel itu, gue melihat mereka seperti punya kekhawatiran yang... menurut gue, mereka bahkan nggak usah memelihara kekhawatiran itu.

Kekhawatiran seperti apakah itu?

Kekhawatiran yang berdasar dari kesadaran bahwa mereka akan menjadi kepala keluarga dan pemberi nafkah utama.

Oke, kalo kekhawatiran mereka berhenti sampai situ sih, gue nggak masalah.

Tapi, dari hasil observasi itu, gue menemukan ada orang yang kekhawatirannya itu berujung menyebalkan. Menyebalkan bagaimana? Menyebalkan ketika mereka sudah mengkerdilkan peran perempuan.

I mean, wth.

"Perempuan sih enak tinggal dandan pake make-up tebel dan godain laki yang udah sukses."
"Perempuan bisa belajar ilmu nggak guna kayak filsafat toh mereka nggak perlu kerja nantinya."
"Perempuan dibayar *sekian* juga mau diajak *males ngetiknya*"

I MEAN, PLS.

Lo stres, lo ngerasa terbebani, LO FEEL PRESSURE, I KNOW YOU FEEL IT AND YOU CAN'T HANDLE IT.

BUT YOU DON'T WANT TO LOOK WEAK. And instead of nerimo "peran laki-laki" yang membuat lo terbebani itu, lo malah nyalahin "peran perempuan" yang terkesan mudah di benak lo itu.

Lo nganggep perempuan murah. Lo nganggep ketika laki punya duit, perempuan akan mau mendekat. Kasarnya sih, kalo lo yang ngomong, "50k dapet sekali jos." Bodo amat. Otak selangkangan kayak lo sok-sok mikirin hakikat gender. Gue heran bahkan orang kayak lo ngapain capek-capek kuliah kalo deep inside your mind lo masih gelisah dengan delusi lo bahwa peran laki-laki sangat lebih berat dibandingkan perempuan?

Gue cuma bingung.

Sesungguhnya.

Gue tipe orang yang mikir: Persetan dengan gender, karier ya karier. Lo perempuan, lo laki-laki, kerjalah kalo emang lo mau. Jangan karena lo cewek, lo harus di rumah terus. Jangan karena lo laki-laki, lantas lo gengsi istri lo kerja padahal dia emang punya talent. Jangan karena lo bakal jadi ayah, lantas lo ga punya kewajiban ngurus anak sama sekali. Hidup gausah dibawa sulit lah plis :')) kenapa lo kebanyakan nguras tenaga untuk envy, gelisah, khawatir, tertekan, terintimidasi, terbebani dan semacam itu sih?

Sebenernya, kalo lo berpikiran kayak gue di atas, masalah lo kelar kan? Karena setangkep gue masalah lo adalah lo ngerasa peran laki-laki dan perempuan ga adil. Perempuan lebih gampang idupnya gausah nyari duit. Kalo lo punya mindset kek gue kan masalah kelar toh?

But instead of berpikiran kayak gue tadi, lo mengeluarkan argumen begini:

"Tapi kalo menurut agama X, perempuan memang harus di rumah, nurut kata suami, suami yang menjadi pencari nafkah utama blablabla"

Sekarang gue tanya, kalo lo bawa-bawa argumen berdasarkan agama itu... berarti gue asumsikan iman lo kuat kan?

Pertanyaannya sekarang, kalo iman lo kuat, kenapa lo harus merasa berat dengan statement dari Tuhan lo?

Lo sebenernya yakin nggak sih beragama? :))
Tomorrow is the day.
Anyway, long time no blogging. I didn't even talk about how my 4th term goes like I used to. Strange it is. I wonder do I still want to live. I can't say I do, but I think I should.

Life is full of excitement, but death is peaceful.
I wish I can wake up tomorrow and see my family's faces... and some of friends too.
I wish my surgery goes well.
I wish I can post something funnier than this next time.
Write this post on my phone but i guess i'm fine

So this is my midnight thought... Eat this.

---------------------------------

Hai, masih doyan ngestalk gue?

Silakan baca dengan tenang dan kalau kita berjumpa nanti silakan ungkit post-post gue sepuasnya.

Ada hal yang nggak gue mengerti sejak gue kecil. Tapi dulu gue mungkin nggak memikirkannya terlalu jauh, baru sekarang gue benar-benar memikirkannya.

Gue ingin sekali bertanya, apa tujuan lo ngestalk gue, menjadikan hasil stalkan lo itu senjata buat mengintimidasi gue, mengomentari segala hal (nggak "segala" juga sih, gue cuma melebih-lebihkan biar kayak media jaman sekarang) yang gue post di sosmed, lo sebenernya mau membentuk gue kayak apa? Kayak sosok anak baik yang ada di khayalan looooo?

Gue mau tekankan sesuatu, lo bahkan bukan orang tua gue.

Lo mau membentuk gue kayak anak-anak lo?

Lo beranggapan anak-anak lo itu terbaik dan gue seharusnya bisa kayak mereka?

Iya terbaik, dari sudut pandang lo.

Iya baik, dari dunia yang lo lihat.

Bukan dunia gue.

Ataupun dunia orang lain.

Sadarkah lo bahwa bumi ini satu tapi dunia itu tidak? Tiap orang dapat memiliki dunia yang berbeda-beda, bagaimana mungkin kamu mengharapkan semua orang berada dalam dunia yang sama denganmu?

Dan bagaimana mungkin lo berharap dunia lo yang paling benar?

Sadar, lo bukan anak kecil lagi.

Se-egois itu.

Se-merasa paling benar itu.

Se-merasa indera lo paling akurat dalam menangkap informasi.

Banyak cerita orang lain yang lo gak tau.

Termasuk gue, lo gak tau kenapa gue bisa jadi orang seperti ini. So shut up. Lo nemu hal yang salah dari gue? Itu adalah bagian dari diri gue yang membentuk kedewasaan gue, membentuk jati diri gue, dan terdapat banyak alasan di dalamnya. Alasan mengapa gue melakukan hal-hal yang menurut lo mungkin aneh, menyimpang, atau pantas ditertawakan.

Lo, gak tau cerita hidup gue. So shut up. Lo mungkin merasa kenal, dan dekat dengan gue. Gue nggak.

Lo juga nggak tahu semua hal tentang anak-anak lo, mereka gak sesempurna itu, madam. Afterall, mereka yang pernah bikin gue hampir commit suicide waktu kecil.

And for that case, i feel really regret from the bottom of my brain. And i wont be that weak anymore, at least for now and hopely also for the future.

Gue ga masalah sih lo mau setenggelam apa di dalam dogma tempat lo berenang di dunia selama ini, tapi jangan paksa orang lain ikut nyemplung ke dalemnya aje.

Tertanda, Amira, definitely not your kind of obedient girl.
Sebagian orang di sana koar-koar membela feminisme.
Di seberang jalan, sebagian orang yang berbeda berbisik, "Halah? Apaan sih feminisme-feminisme? Nggak ada itu yang namanya kesetaraan gender! Yang ada itu Tuhan menciptakan laki-laki dan perempuan dengan hak dan kewajiban masing-masing!"

Enak sih untuk diomong, tapi gue pribadi ada pada posisi di mana FEMINISME EMANG DIBUTUHKAN, BANGET.
Mulai dari ilmu pengetahuan, buku-buku tentang manusia yang gue pegang di bangku kuliah, ketika ngomongin gejala psikotik pada laki-laki itu panjangnyaaaaaa segambreng. Giliran ngomongin kalo di perempuan kayak gimana.... gak sampe setengah panjangnya bacaan yang tentang laki-laki.

Kalo lo gak nangkep, yang gue ceritakan di atas tadi indicates that ilmu pengetahuan yang ada sekarang ini masih maskulin banget. Dengan kata lain, diteliti oleh laki-laki, diuji oleh laki-laki, dengan partisipan laki-laki juga. Pertanyaannya, lalu apakah teori-teori tersebut dapat digeneralisasikan ke perempuan? Nah, di sinilah feminisme bermain. Inilah kenapa kita butuh kesetaraan gender dalam ilmu pengetahuan, agar perempuan diberikan kesempatan juga untuk "membuat teori" tidak hanya "menerima teori". Dan juga, agar ilmu pengetahuan ini bukan hanya menjadi "milik laki-laki".

Sebenernya gue nggak mau panjang lebar ngomongin ilmu pengetahuan, gue mau ngomongin feminisme ke hal yang lebih dekat dengan hidup kita aja.

Yaitu kasus pemerkosaan dan hubungan anu di luar nikah.

(Btw, did i mention "lebih dekat dengan hidup kita"? LOL! Gajadi deh, semoga hal ini jauh dari hidup kita ya!"

Gue bukan anak baik-baik, dalam arti temen gua sangat beragam. Temen gue bukan cuma orang alim yang rajin gerejaan atau rajin liqo (walopun yang setipe itu ada juga sih), gue juga punya temen yang pernah diperkosa, disodomi, atau sebatas yang pacarannya udah berlebihan.

Masyarakat sekarang mungkin udah lebih "melek" bahwa bagaimanapun dalam perkosaan, kesalahan ada pada pelaku. Faktor pendukung mungkin datang dari korban tapi tetap saja itu BUKAN SALAH KORBAN. Makanya, miris banget banyak korban perkosaan yang nggak ngaku, hanya karena dia malu sudah nggak suci lagi.

Girl, lo korban. Lo nggak seharusnya ngerasa malu karena lo nggak salah apa-apa. Yang seharusnya ngerasa paling malu itu si pelaku dengan segala perbuatan setan yang telah dia lakukan!

Tapi yang ada, kebalik. Pelaku yang ditangkep cuma ngerasa "shit perbuatan gue ketahuan gue jadi harus masuk penjara", tapi yang nerima beban psikologis paling berat tetep aja si korban.

Nggak cuma perkosaan, pacaran yang berlebihan, gue liat juga kayak gitu. Bayangkanlah sepasang cowok dan cewek straight pacaran, lalu selama pacaran melakukan hubungan anu, lalu putus. Siapa yang paling ngerasa nyesek? Lo pada mungkin udah pada tahu jawabannya.

Well, di saat si cewek mungkin trauma, menyesal, malu udah nggak suci, merasa kotor, memiliki bekas yang nggak bisa hilang (entah hamil atau apa).........

Si cowok? Dia tidak berbekas. Bahkan mungkin tidak merasa malu dan menyesal sama sekali. Dia merasa bebas. Bahkan mungkin dia dengan jahatnya menyebarkan foto-foto telanjang pacarnya, atau menceritakan ke teman-teman satu gengnya betapa pacarnya itu sudah tidak suci.

Dan di sinilah menurut gue yang paling nggak beres.

Well, ketika seorang cewek, foto telanjangnya tersebar, kemudian gosip tentang dia melakukan anu tersebar, cewek itu otomatis langsung diberikan pandangan negatif dan dikucilkan. Cowoknya? Kagak! Cowoknya masih bisa cerita tentang kehebatannya menaklukan cewek sambil ketawa-ketawa bareng temen-temennya!

Padahal biar bagaimanapun, dalam kasus ini, si cewek bukan subjek satu-satunya. Si cowok juga merupakan subjek yang bersama-sama mereka melakukan perbuatan tercela! Tapi ini gimana ceritanya beban psikologisnya jadi jomplang cuma berat di ceweknya doang?

Tapi karena term "perjaka" nggak akan pernah sepopuler "perawan", jadi gue cuma bisa ingetin perempuan untuk bisa clear-thinking ketika godaan untuk melakukan itu datang.
Coba perhatiin baik-baik cowok yang ngajak lo melakukan itu, jangan-jangan selama ini dia mukanya jelek tapi lo gak nyadar?
Hahaha nggak-nggak, coba pikir aja, apa menurut lo dia pantes dapetin lo padahal dia belom sepengorbanan itu loh ke lo. Dia belom jadi suami lo, ngasih lo nafkah, dll, tapi cuma mau dapetin enaknya aja. Apa lo udah bisa bilang dia menghormati lo?

--------------------------------------------------------------------------------

Indonesia ini negara yang mengembangkan budaya malu

"Jangan pulang malem, malu ama tetangga!"
"Laki-laki kok sholat di rumah? Malu-maluin!"

Apakah budaya malu ini baik? Mungkin............

Kelemahannya, berarti budaya malu ini hanya efektif jika di sana ada orang yang melihat kita melakukan hal salah.
Nah berarti supaya gak malu, yang perlu kita lakukan hanyalah berbuat salah ketika tidak ada orang yang melihat kita kan?

Lagi bulan puasa di rumah ga ada siapa-siapa? Makan aja nggak ada yang ngeliat!
Korupsi setoran pajak perusahaan X ah mumpung nggak ada yang ngeliat!
Kostan sepi dikit, bawa pacar ke kamar. Nggak ada yang ngeliat!
Eh di kuburan juga nggak ada yang ngeliat!

Gimana? Masih berpikiran budaya malu ini baik?

Jadi harusnya budaya apa dong?

Budaya guilt! Atau budaya merasa bersalah.
Lo salah ya merasa bersalah lah, regardless ada orang yang ngeliat lo atau nggak. Ketika guilt udah terinternalisasi dalam diri lo tiap kali lo berbuat salah, lo udah ngebentuk suatu "self-punishment" yang akan membuat lo mikir "ah gue nggak akan ngelakuin ini (lagi)."

Lo menghindari kesalahan simply karena lo ngerasa gak enak dengan perbuatan lo itu. So, lo lebih inward, internal, dan nggak terpengaruh gimana konteks di luar atau oleh faktor eksternal.

---------------------------------------------------------------------------------------------

Well, yang satu ini sebenarnya selingan.

Gue semacam tau laki-laki yang pernah pacaran beberapa kali dengan perempuan dan hampir semua perempuan itu tidak ia hormati.

Lalu suatu kali ia mungkin merasa seperti dimutilasi oleh perempuan terakhir yang tidak ia hormati itu, lalu ia merasa kapok(?) dan jadi terlihat sangat mendekatkan diri ke agama gitu.

Gue mah ketawa aja ngeliatnya.

Nggak-nggak, gue nggak sebejat itu untuk ngetawain orang yang mau dekat dengan agama. Gue ketawa karena sebenernya sejak dulu pun konsep agama anak laki-laki ini cukup lucu. Dia bahkan pernah berpikir untuk menyeimbangkan perbuatan bejatnya dengan banyak melakukan ibadah sunah. Dengan kata lain, maksiat jalan, tapi ibadah sunah jalan. Well, he tried so hard as hell to make it BALANCE.

Gue mah ketawa aja ngeliatnya (2).

Makanya ketika kemudian akhirnya dia pada tahap kapok dan (sok) mendekati agama, gue sih sangat ingin ketawa, banget. I mean, ada ya orang sebodoh dia..........
Nature versus nurture, heredity vs environment, adalah perdebatan yang nggak pernah habis di dalam psikologi, walaupun akhirnya banyak yang memutuskan bahwa semuanya memiliki pengaruh. Kemudian munculah pertanyaan lain, seberapa jauh pengaruh masing-masing?

Gue bertanya-tanya apakah sebagian manusia memang terlahir dengan intensi suicidal yang lebih tinggi dibandingkan manusia-manusia lainnya. Dan kalaupun iya, pertanyaan selanjutnya adalah terkait mekanistik dan organismik, apakah sebagian manusia ini memiliki free will atau justru determinis? Apakah dia bisa mengendalikan intensi suicidal-nya atau justru intensi itu yang akan menentukan jalan yang akan ia tempuh nanti menuju kematian?

Barangkali ini terkait dengan pernyataan yang dikemukakan Sigmund Freud bahwa manusia memiliki death drive yaitu thanatos, mengingat bahwa manusia sebenarnya sadar ia adalah bagian dari tanah, kemudian ia bertingkah laku destruktif, dalam kasus ini, menghancurkan dirinya sendiri.

Tunggu, sejak kapan gue percaya teori Freud?

Mungkin gua terlahir dengan intensi suicidal above average karena bahkan menurut ibu gue, gue udah pernah mengancam akan commit suicide sejak gue umur tiga tahun. Sayangnya gue mengalami infantile amnesia, malahan ingatan gue sampe gue masuk SD aja masih blur banget, bisa dibilang gue nggak inget apa-apa selain yang diceritain ibu gue. Makanya waktu ibu gue bilang gue pernah mengancam seperti itu, gue nggak bisa mengingat-ingat apakah pada saat itu gue emang udah mengerti apa yang dimaksud dengan suicide atau cuma asal ngomong belaka? Kalaupun ngerti, emangnya gue tau metode yang akan gue lakukan seperti apa?

Tapi ajaibnya, yang jelas, setelah beberapa kali attempt suicide dan seringkali kill myself in my mind, ternyata gue masih hidup sampai sekarang. Entah ini gara-gara apa, tapi yang jelas sejak pertengahan SMA, gue nggak pernah attempt suicide secara serius lagi. Walaupun entah kenapa setiap gue lelah dengan kehidupan kuliah, dan hidup, ketika gue menyeberang rel kereta, dan ada kereta berjalan ke arah gue, gue punya kecenderungan untuk memelankan langkah kaki gua, atau malah berhenti total di tengah rel sampai sekian detik kemudian sadar.

Gue mulai bisa mengenali tanda-tanda ketika gue mulai lelah. Gue juga sudah bisa membedakan mana gue yang lelah biasa dan lelah yang akan berlanjut pada tindakan destruktif. Ketika gue lelah in destructive term, gue cenderung sangat sering menghela nafas panjang walaupun sebenarnya saat itu gue nggak lagi ngapa-ngapain. Biasanya juga nafsu makan gue berkurang atau justru berlebihan, sangat menyukai tidur dan biasanya sangat tidak termotivasi untuk bangun, dan nggak mau mengerjakan hal yang produktif.

Nah, lalu bagaimana gue mengintervensi diri gue sendiri?

Pertama, gue bersyukur karena gue bisa mengenal diri gue seperti ini. Gue nggak denial bahwa gue emang punya kecenderungan suicidal yang cukup di atas rata-rata orang pada umumnya. Gue berusaha untuk menyadari itu, karena kalau gue repress dan masuk ke unconscious, sekalinya meledak keinginan itu, gue takutnya malah benar-benar terlaksana. Gue akan terus menyadarkan diri gue bahwa gue memang punya intensi seperti itu, karenanya gue harus lebih hati-hati mulai dari ketika gue menyeberang jalan, menyeberang rel, jalan di jembatan layang, atau ketika sedang memegang benda tajam. Gue harus memotivasi diri gue bahwa gue nggak punya hak buat menghancurkan diri gue, karena bukan gue yang menciptakan diri gue. Selain itu, gue juga punya skenario kematian yang lebih bagus dan gue mencoba untuk percaya akan hal itu.

Kedua, well, ketika gue menyadari tanda-tanda itu muncul di diri gue, segeralah bertindak. Dulu waktu SMA gue pernah dalam keadaan sangat ketakutan dan nggak tahu harus kabur ke mana. Waktu itu malam hari. Gue takut untuk menutup mata karena gue membayangkan seandainya di tengah-tengah kesadaran gue yang minim di ambang tidur-bangun gue sleepwalking dan melakukan tindakan yang nggak gue harapkan. Jadi, pada malam itu, gue tidur dengan tasbih yang membelit kedua tangan gue.

Ketiga, gue udah berdiskusi dan berterusterang kepada ibu gue bahwa gue punya kecenderungan seperti ini dan memang pernah beberapa kali mencoba tindakan destruktif ini. Karenanya, gue mendapat support dan reminder yang gue butuhkan. Dan gue percaya ketika lo mengungkapkan masalah lo ke orang lain verbally, masalah itu jadi terlihat lebih possible untuk diselesaikan dan gak seberat kalo tetap lo simpan di dalam pikiran tanpa lo tuangkan ke tulisan maupun lisan.

Well, ketika orang lain mengaku gay/lesbi di sebuah postingan (istilahnya melela), gue malah mengaku punya kecenderungan suicidal yang di atas rata-rata. Gue sebenarnya hanya ingin membuka diri, bahwa ada lho manusia yang seperti gue yang berjuang bukan hanya dirinya dengan orang lain, melainkan juga dirinya dengan dirinya sendiri.

Yeah, kalian gak usah takut, gue akan menjamin bahwa gue tidak akan mati di tangan gue sendiri. Gue akan selalu berjuang untuk hidup. Dan tidak lupa, hidup dengan bahagia.

Kalau kamu bilang jawabannya adalah dengan mendekatkan diri dengan agama...
Well, I'm on my way :)
Diawali dengan upload foto hasil dari screenshot IG-nya nunu
VIVA LA DEPARTEMEN PENELITIAN!!!
(minus Feny dan Rohman)

gue gatau mau ngomongin apa sebenernya, gue hanya baper karena muker udah selesai. gue juga baper karena di hp gue ga ada foto muker. muka gue banyaknya di hape orang, dan gue baru minta dari hp-nya Ellen doang padahal muka gue banyak juga di hp dan kamera lain (uhuk uhuk lirik kameranya Munif)

but first, lemme memperkenalkan anak-anak penelitian terlebih dahulu


yoi, gue akan perkenalkan mereka secara singkat.
dulu awal banget gue kira orang yang pertama gue temui di penelitian adalah riski, yang mana kita itu satu fakultas... ternyata bukan!!!
ternyata gue sudah jauh lebih lama ketemu sama kadept penelitian dan deputi penelitian sebelumnya... yaitu restu dan bang randy
yang mana ternyata kami bertiga beberapa kali ketemu di lomba/olimpiade ekonomi... bahkan kalo gue gak salah waktu itu bang randy duduk di belakang gue pas semifinal OAPM PNJ.... dan restu ada di sebelah gue waktu final olim eko di UNISMA............
khusus buat bang randy, selain ketemu beberapa kali di perlombaan, ternyata plis banget kita itu tetangga beda cluster doang :( sesama deltamas :( terus udah gitu hape kita sama jenis dan warnanya(?) ya gak kenapanapasi(?)

semacam gokil bahwa dunia sesempit itu.
yang juga pernah gue temui sebelum tergabung di KSM yaitu Nunu, tapi gak lama-lama amat sih, tepatnya sekitar januari 2016 di Kantor Greenpeace Indonesia. Gue inget banget waktu itu dia duduk di ujung, memperkenalkan namanya dan setelah dia bilang biasa dipanggil nunu terus pada ketawa. kenapa ketawa ya dipikir-pikir.

yang lainnya adalah yuli, feny, rohman, dan dian. alkisah feny pernah gue whatsapp dulu juga sebelum tergabung di KSM. dan gue kira dia senior. rohman, gue baru ketemu di KSM. tapi salut banget sama kemampuannya ngolah data. Dian, anaknya kalem tapi asik dan murah senyum. Kalo Yuli, dia doyan nyanyi, heboh, dan tidak jaim. padang banget uga.


yang gue salut kami walopun background-nya beda-beda, tapi tetep punya satu tujuan dan bener-bener bertekad untuk me-merge seluruh pengetahuan yang kita punya ke satu arah (cie 1D)
gue berharap sih semoga kita selalu solid yak dan semakin berprestasi!!! semoga tercapai cita-cita ke luar negeri bareng-barengnya :))

-----------------------------------------------------

dan di luar penelitian, aing juga baper pas muker sih(?) baper mele wey



jadi di KSM, gue malah ketemu temen SMA gue wkwkwkwk Rahmah! padahal waktu di SMA gue gak yakin kita pernah ngobrol panjang, tapi sekarang dia jadi salah satu teman terdekat gue di organisasi kuliah! wkwkkwk hidup memang tak bisa ditebaque(?)


dan yang ini kami+ellen. kita kab. bekasi sentris! 2 cikarang 1 babelan wkwkwk kalo udah ketemu saling membully. harusnya tambah kak randy juga nih.

ya udah deh segitu dulu, aing sebenernya mau kuis besok jam 8 tapi sekarang malah belum tidur yeha
it's not the same anymore
semester 4, semester pertengahan sebelum kelulusan di mana semua rasa berkumpul menjadi satu. rasa takut ketika lulus nanti mau jadi apa, rasa bosan kuliah, rasa ingin ambi, rasa lelah, rasa tidak berguna, rasa gabut, rasa hectic, hingga rasa yang pernah ada #dilempar

baru 2 mingguan gue kuliah tapi  rasanya udah banyak banget cerita di dua minggu ini. cerita yang membuat hidup gue belakangan terasa padat, nggak bisa istirahat ((tapi masih bisa baca manga dan nonton anime)), tidur di atas jam 12, pulang kost di atas jam 9 jadi rutinitas sehari-hari.

drive gue tentu saja adalah yang pertama, gue takut ketika lulus nanti mau jadi apa. kedua, gue gak mau masa kuliah ini gue lewatin dengan sia-sia. ketiga, masih nyambung ama yang kedua, gue pengen meninggalkan kenangan baik di kuliah, jangan kayak SMA.

jadilah gue mencoba banyak hal, dan sesuai cita-cita gue tahun lalu, gue pengen ikut kegiatan di luar fakultas. dan di sinilah gue sekarang, menjadi bagian dari KSM Eka Prasetya dan Greenpeace Youth Indonesia. gue ketemu banyak orang hebat dan pintar-pintar di sana, yang membuat gue merasa gue itu begitu kecil dan bodoh. tapi rasa inferior bukanlah finalnya, melainkan perasaan itu merupakan start yang membuat gue ingin tumbuh dan menyaingi mereka. bodoh tapi fleksibel itu gak dosa. yang dosa itu kalo orang bodoh dan statis, udah minder tetep aja gak mau berubah.

kegiatan pertama yang gue terima di semester 4 mulanya adalah fusi, forum ukhuwah dan studi islam di fakultas gue. tadinya niat mau oprec, eh diclosrec duluan dan akhirnya menjadi wakil ketua biro media :) so far cukup fun, gue kenal banyak orang yang tadinya gak gue kenal. khususnya buat ketua fusi yang dulu gue angggep asing sekali ternyata punya pemikiran yang cocok dengan gue dan makasih buat ide esai psikotnya yang bikin gue begadang :""")

kedua, heartivity. diajakin benski. singkatnya heartivity ini dulunya adalah komunitas lukis di fakultas yang diprakarsai oleh aben. sekarang mau lanjut jadi kp, dan gue untuk pertama kalinya bakal nyoba jadi sekben :"))) ya semoga suksesla. so far konsep kegiatannya menarik

ketiga, greenpeace youth. jadi ceritanya gue mau menumbuhkan kembali semangat kelingkungan gue yang pernah ada wkwkwk. rasanya super seneng bisa kenal sama banyak orang luar ui. udah ada banyak kegiatan yang dilakukan walopun gue beberapa gak ikut saking banyaknya tapi pokoknya seru sih orang-orangnyaaa~ nanti mau roadshow ke sma-sma dan kayaknya bakal lelah.

keempat, aaj. yha ini mah langganan haha. tapi gue rada gabut di sini sejujurnya. sebenernya bukan gabut jugasi, gue nunggu dikasih kerjaan aja.____________________________. sebenernya juga gue tadinya ganiat daftar, tapi.........tapi............. gue hanya ingin membantu. tapi gue sayang ama aaj kok <3 di mana lagi gue bisa ngewibu?

kelima,finally KSM. KSM yang kadang membuat gue bete tapi kadang gue juga merasa KSM tuh rumah banget, padahal waktu itu masih belum keterima haha. betenya karena tugas, rumahnya karena orang-orangnya keren-keren banget dan enak buat diskusi. KSM itu rumah yang baik, yang saling membangun dan mengokohkan. gabung di KSM juga membuat self efficacy gue naik (such PKM). makasih banget buat kelompok Ahmad Yani yang udah selek-selekan bikin PKM, begadang, kumpul di fasilkom malem-malem, eh akhirnya PKM kita juara 1 yah :"") kusenang kenal kalian, evi, rio, doni!
tadinya gue bener-bener udah gamau bangetlah ikut KSM karena capek, tapi taunya keterima di departemen penelitian............senang sih, tapi capek. tapi kata bokap gua coba dulu aja. okela. semangat buat doni di humas serta rio dan evi di bisnis dan proyek~

keenam, sisanya. tapi sisanya ini juga gak main-main. selain tiga matkul yang sering banget kuis. (paling nggak 1 minggu ada 2x kuis, tapi kalo paling parahnya sih minggu lalu gue kuis 4x seminggu), dan ada satu kepanitiaan (udah cukup satu aja pls), sama HOBI!!!!!! gue pokoknya mau tetep ngegambar paling nggak dua minggu sekali, dan pengen nulis juga tiap weekend paling gak :""") sama mau ikut ikut lomba poster~~~ (buru kerjain poster wwf mir!!!)


----------------------------------------------------------

kembali ke judul, do you finally found something, mir?
yes.
dan ini semua berkat.................................................................... (kemudian sinyalnya putus)
ahaha.

ya intinya gue menemukan figure (lagi) yang akhirnya membuat gue merasa terinspirasi. bahwa gue harus melakukan hal yang berguna. semester lalu gue nggak gabut, tapi sejujurnya kalo dipikir, gue ikut kegiatan/kepanitiaan yang sebenernya cuma ngabisin waktu gue doang.

makanya, semester ini gue gak mau kegiatan yang gue cuma dapet capek, cuma ngabisin waktu. iyasih gak gabut, tapi abis itu gue dapet apa?
((terutama jadi dekor, danus, logistik, dan LO, benar benar cuma dapet capek doang)) wkwkwk

ya lo harus tau arah, lo mau ke mana. jangan sekedar ikut-ikutan doang. itu yang gue pelajarin dari................................. (sinyal putus lagi)

jadi, setelah gue nemu...................................................di penghujung SMP, gue nemu lagi....................................di pertengahan kuliah. lama juga ya jedanya. atau mungkin orang seperti mereka memang jarang ditemukan?

terima kasih ya, gue sangat respect terhadap kalian berdua hingga sekarang :) semoga kalian berdua jauh lebih sukses dari gue.
Hello, Amira's here. Akhirnya setelah bolak-balik jakarta-bandung-depok-jakarta-bandung-depok, gue hari ini ngebangke di rumah juga. Padahal siang nanti rencananya mau ke Gd. Sarinah di Jakarta, ada acara Jakarta Biennalle gitu. Ah, tapi.... masih galau.

2 hal paling fenomenal pas liburan adalah ketika 1) IP keluar, dan 2) SIAK war. Dan menurut gue, di semester ini siak jadi sesuatu banget. Di semester 3, anak-anak mulai pada males ngecekin siak. Biasanya kan kalo dulu abis kuis atau abis UTS dikit-dikit ngeliat siak, sekarang mulai jarang yang gitu, termasuk gue. Tapi, giliran pas liburan mendadak jadi super gelisah dan guilty sama segala kedemotan selama menjalani semester 3 kemarin.

Ketika dulu semester 1 dan 2 gue doa "ya Allah di atas 3,5 dong"... sekarang doa gue turun standarnya jadi "ya Allah semoga di atas 3 dan lulus semua..." (dulu gak doa soal lulus-lulusan soalnya yakin lulus semua).

Terus hasilnya gimana? Wkwk, intinya, semester ini IP gue gak nyampe 3,5. Kurang dikit sih. Kurang 0,06 haha. Tapi IPK masih di atas 3,5 alhamdulillah jadi masih bisa distabilin lagi di semester berikutnya.

Gue mau review dikit matkul-matkul kemarin. Cekidot.

1. Filsafat Psikologi, 2 SKS
matkul yang paling gabut di kelas. gue sering cabut. dosennya...... masdew. sering banget OOT tapi untungnya PPT-nya mudah untuk dibaca sendiri. buat gue pribadi ujiannya gak terlalu susah, masih bisa dinalar.

2. Met. Penelitian & Statistik Inferensial I, dat 4 SKS
ini matkul yang cukup membuat tingkat fear gua selama semester kemarin naik. pertama, gue basically anak IPS yang gak demen itungan ribet. kedua, di setiap kuis dan ujiannya pasti ada deh satu soal yg bikin gue hopeless banget padahal poinnya gede (biasanya soal esai interpretasi tabel statistik... dulu pas UTS belum ngerti, pas mau UAS baru bisa hiks). dan bener aja UTS gue tidak memuaskan tapi ajaibnya UAS gue nilainya sangat di atas ekspektasi.....
nilai metpen gapernah muncul sama sekali, baru kemarin muncul sekaligus dan gue jerit bahagia karena sempat kepikiran gak lulus matkul satu ini.

selain itu, yang super bikin fear adalah penelitian kelompok gue GANTI VARIABEL H-3
DEADLINE PENGUMPULAN CUY.

kalo lo gatau betapa seremnya ganti variabel, biar gue kasih tau.
jadi, sebelumnya penelitian tersebut tentang "Studi komparatif motivasi belajar siswa SMA dengan sistem moving class dan non-moving class" terus karena satu dan berbagai hal dosen kami yaitu masdew secara gak langsung menyuruh kami untuk ganti variabel karena satu dan lain hal.

karena kalo kita keukeuh mertahanin sistem kelas kita bakal dinilai batu dan sok cari pembenaran, akhirnya kita ngalah untuk ganti variabel jadi "jenis kelamin". yep, perbedaan  motivasi belajar antara laki-laki dan perempuan. untungnya sih dari kuesioner yang kita kirim ke SMA-SMA, ada kolom jenis kelaminnya juga. jadi gausah ngambil data lagi.

TAPI TETEP AJA ROMBAK SEMUANYA. rombak latar belakang, landasan teori, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, hasil analisis, ngitung lagi, interpretasi lagi, bikin kesimpulan lagi wkwkwk dan gilanya akhirnya kita bisa selesai malam minggu (disuruh gantinya kamis sore, fyi). dan alhamdulillah nilainya cukup memuaskan. gila, gara-gara gue udah ngelewatin hal macem begini, self efficacy gue naik drastis dan gue merasa bisa menyelesaikan tantangan akademik manapun di semester depan huahahahahaha

thanks naci, yessy, jeje, dyah, agni, doni. Besok Bubar!
thanks lah metpenstat 1, halo metpenstat infer 2.


3. Metode Observasi
somehow, matkul paling fun karena gue emang seneng kerja lapangan kali ya. matkul paling jalan-jalan (atau emang kelompok guenya aja). Jadi, pas tugas akhir kita ngedatengin SD dan observasi anak-anaknya. dibagi berdua-berdua gitu dan gue sama tama satu kelas. ternyata observasi itu gak semudah yang dibayangkan, ketika observasi itu sudah dikatakan ilmiah dan sistematis. lo gak bisa asal judge tingkah laku anak, men. harus ada indikator-indikator yang sesuai baru kemudian lo bisa ngejudge mereka.

tengkyu ya atas kerja samanya selama satu semester! mulai dari jalan ke stasiun merhatiin penyebraang lampu merah, naik bikun ke pocin buat observasi pelanggaran di rel kereta, nonton video pio ampe mabok dan baper, sampe malem-malem motoran ke rumah hanum, segala ketegangan dan perdebatan kita lalui dan alhamdulillah hasil gak mengkhianati usaha. yo da best: oca, hanum, tama, aben, dan pandu!


4. Metode Wawancara
alhamdulillah akhirnya dapet dosen yang asik di semester ini. combo mas iman dan mbak hanum gangerti lagi gue enjoy banget di kelas ampe cabut aja rasanya kayak keilangan banget. meskipun tugas mulu tapi jadi bener-bener nambah skill. oh iya ada tugas kelompok juga dan makasih buat kelompok gue anak-anaknya super responsif dan gak ada yang  gabut! tengkyu banget hanum, gita, putri, salim, diana, cut!

5. Psikologi Industri dan Organisasi
ketika gue belom masuk psiko, yang gue bayangin di psiko belajar apa tuh ya mirip sama yang disediain di PIO ini. belajar bagaimana bertingkah laku dalam setting pekerjaan yang baik dengan memahami karakter-karakter manusia yang berbeda. menurut gue ini asik banget sih tapi karena nilai gue kurang sekian koma buat jadi suatu huruf gue jadi agak baper.

6. Psikologi Lintas Budaya
somehow terbaper. kelompok gue sangat membaperkan. gue gak tau seandainya hanum ga bareng gue mungkin gue gak bakal kuat ada di kelompok ini. super hiksu. tapi alhamdulillah hasil akhirnya cukup memuaskan. maafin gue ya sangat sering marah-marah. pas hari terakhir kelas linbud seseorang ngomong ke gue kalo marah-marah gue di grup chat ternyata berhasil membuat mata dia terbuka. gila, diomong gitu gue baru merasa berguna selama seumur gue hidup (gakdeeeng)

makasih hanum, jeje, riski, fathia, dika, ningrum, dan habbah.... atas cobaannya.


7. Psikologi Media
mata kuliah pilihan yang agak setengah menyesal ngapain gue ngambil ini kemaren. wkwkwkwkwk. actually faktor dosen dan materi yang ternyata masing kurang dieksplor. penelitiannya masih kurang, apalagi di indonesia. sebenernyaa ini ranah yang belom banyak disentuh orang, ternyata. mungkin agak bergesekkan dengan ilmu komunikasi sih yah. tapi alhamdulillah sih sempet ngambil. syukuri aja.


8. Teori Perkembangan
sekarang mata gue terbuka ternyata nilai uas uts 20, 30, 40 itu emang hal yang biasa untuk matkul ini walopun alhamdulillah sejelek-jeleknya gue gak ampe segitu. sampe ada juga senior yang udah 2 kali ngambil matkul ini dan masih belum lulus. ganbatte. gue pribadi tadinya mikir kirain bakal lulus dengan nilai yang pas-pasan ternyata yah lumayan agak cukup jauh di atas standar lulus. bahagia gak ketemu terbang lagi. udah capek terbang. saya mau landing aja.

and yaaaaaaaaaaaaaaaaaay akhirnya kelar juga ini semester!!!!!!!!!

saatnya mengucapkan selamat datang kepada

SIAK WAR!!!

i wish me win! semoga dapet kelas Psikologi Kognitif, MetpenStat Infer II, Psikologi Kerja, Psikologi Perkotaan, Psikologi Perkembangan, Psikologi Kepribadian Klasik yang enak!!! dan dapet Psikologi Adiksi!
gue pikir gue gak akan nulis postingan gini lagi wkwk tapi sayang juga sih udah dari tahun 2010 (atau 2011?) gue selalu nulis refleksi tahun sebelumnya dan resolusi tahun depan. terlebih ketika kemaren-kemaren gue sempet denger sekilas bahwa nulis resolusi itu punya manfaat positif. tapi udah, cuma segitu doang yang gue tahu. gue gak nyari tahu apa yang dimaksud "positif" itu. yaudalah, pokoknya positif!

udah tanggal 4, gue gaak tau masih afdol apa kagak ngucapin hepinuyir. yaudalah, gausah aja ya. langsung aja ke refleksi tahun 2015 kemaren.

buat gue, tahun 2015 overall postif. jauh lebih positif dibandingkan dengan tahun 2014. seenggaknya, di tahun 2015 gak ada hal yang membuat gue menyesal-menyesal amat. gue gak ada pikiran untuk kembali ke tahun 2015 untuk memperbaiki sesuatu, gak, gak ada. sedangkan kalo untuk kembali ke 2014, 2013, 2012, 2011..... gue pengen banget. ada banget yg harus gue perbaiki di tahun-tahun tersebut. sip, jadi pada intinya gue senang karena setelah empat tahun berturut-turun menjalani tahun dengan penyesalan yg lumayan fatal, di tahun 2015 gue bisa live without regret(s). tentu saja, masalah tetap ada, kesalahan tetaplah ada, tapi seenggaknya tidak membuat gue menyesal setelah melewatinya.

di tahun 2015, kuliah dan lingkungan kostan adalah tempat yang menyenangkan buat gue. yap, gue pindah kostan ke yang agak lebih "ngota" gitu daerahnya. jadi, literally kalo gue bosen gue tinggal jalan dikit udah nyampe jalan raya dan bisa ke mana aja <3 gue juga sangat dekat dengan gramedia which is tujuan gue sekolah di depok coughcough
kostan gue juga sangat dekat dengan kampus yang mana kalo jalan kaki itu....misalnya kelas masuk 08.00 gue baru berangkat........ 07.59 wakakak. kostan gue juga deket dengan beberapa anak psiko. yaitu oca (ya emang satu kost), dan naci (kostnya di sebelah). udah sering lah tuker-tukeran main ke kamar mereka. selain itu, juga banyak anak kampus yang main ke kostan gue baik mereka ada urusan penting atau yang cuma numpang tidur-tiduran atau nunggu jemputan wkwk.

gue pengen mengucapkan terima kasih ke semua teman-teman gue yang udah jalan bareng-bareng gue, berjuang selama satu tahun kemarin, khususnya buat: fiki, naci, oca, yessy, hanum, dyah, tama, jeje, dan syifa. U guys makasih banget udah membuat gue semakin receh, membuat hidup gue lebih berwarna dan meaningless(?), tengkyu udah berbagi dunianya pokoknya.

gue juga berterimakasih buat MPM dan AAJ. tengkyu udah mau diurus(?) gue, tengkyu juga mir udah mau ngurus mereka (lah maboque). serius, gue itu orang yang seringkali harus dipaksa buat belajar. karena gue tahu hal itu, jadilah gue memang bertujuan masuk jadi pengurus media demi gue bisa belajar design. dan ternyata kemajuan gue cukup oke dibanding waktu januari 2015 :") makasih banget loh buat kak sasha, kak rosyid (tumben nulis namanya bener), kak annies, naci, dyah, kak nino, dll atas ilmu sotosop dan corelnya!! seneng banget bisa kenal kalian semua, mulai dari kerja, main, sampe makan bareng~ makasih khususnya buat media AAJ atas sushi kapalnya :3 emang sih ada beberapa proker yang entah gimana terhambat dan gak jadi tapi yah seenggaknya jadikan itu pelajaran. im not trying to be wise here.

makasih untuk semua kepanitiaan dan team lomba yang gue ikutin 2015 ini. gue yakin pasti ada yg kelewat gue sebutin. natsu no hi, pemilu, tenda purnama, oim exhibition, psychology summit, psygames, jamming, kamaba, heartivity, sekolah mapres, dll. tengkyu karena keberadaan kalian membuat gue sadar kalo gue hidup gak kuliah doang :")

makasih untuk semua kelompok kerja yang ada guenya!!! especially kelompok mo, metpendes, mpkt-B, metpen infer I, linbud, mpk agama, dan PIO, karena kita kerja bener-bener lama dari awal ampe akhir semester nyahaha! semoga gak kapok ya kerja ama gue, makasih banget udah mau mentoleransi kesarkasan dan kegalakan gue~ :"3

terima kasih sudah menjadi teman yang baik! (lalu ada kode diskon setarbak /gak)


SELANJUTNYA yok direview resolusi tahun lalu (degdegan)

1. Bangun lebih pagi
Honestly ini tercapai, tapi CUMA DI AWAL TAHUN WKWKWK. pokoknya semester 2 gue emang suka bangun pagi, eh pas semester 3 gue ngablu lagi. gak ngerti juga sih. mungkin semangat menjalani resolusinya menurun seiring waktu.

2. Be more productive
Bisa dibilang ini tercapai....? walopun sedihnya produktif untuk nulis belum kerasa lagi hiks

3. Nggak ngurangin ibadah
Gak tercapai.

4. Ikut organisasi
yeay tercapai~~~!

5. IP di atas 3 terus
tercapai hehehe

6. jangan kebanyakan janji
tercapai! tbh, gue tiap mau janji suka keinget resolusi gue yang ini :")

selengkapnya bisa dilihat di: welcome 2015!


laluuuuuu ada resolusi apa nih di 2016?

1. Meningkatkan ibadah
kayaknya resolusi gue yg kemaren itu pesimis bau-baunya, jadi sekarang ganti jadi "meningkatkan". walopun udah gak ada jadwalnya kayak di sma, usahakan sholat dhuha mir! tahajud juga :")

2. Rapiin penampilan lu
wkwkwk sepertinya ada suatu waktu di mana gue nyadar gue udah gak bisa jadi anak kuliahan yang kucel lagi. gue gak tahu kapan mau mulai rapi, tapi ya di tahun ini gue akan nyoba wkwk

3. Bisa bawa mobil ke jalan raya
tapi aing suka takut ama bus dan truk kumaha nya

4. Ikut organisasi dan kepanitiaan with no regret
Sebenernya tahun kemarin ada beberapa yang gue ikutin dan gue agak kurang dapet "meaning"-nya. jadi, kalo bisa tahun ini gue gak usah terlalu banyak terlibat, tapi sekalinya terlibat, gue bisa ngejalaninnya to the fullest. kalo bisa, gak ganggu akademik aja. karena jujur, tahun kemarin beberapa kegiatan non akademik itu sangat mengganggu akademik gua.

5. Magang/freelance
Pokoknya belajar kerja dan nyari duit sendiri~

6. Ikut organisasi di luar kampus

wkwk semoga jadi tahun yang lebih baik lageeeeeh
Next PostNewer Posts Previous PostOlder Posts Home