Mencari diri sendiri.... secara harfiah, dan tidak harfiah.

Secara harfiah

Seorang perempuan dilaporkan hilang dalam tur ke Eslandia. Tanpa disadari, perempuan yang hilang itu justru bergabung dalam proses pencarian untuk dirinya. Bagaimana cerita lengkapnya?

Menurut Reykjavik Grapevine, seorang wanita yang digambarkan sebagai "Asia, tinggi 160 cm, mengenakan pakaian warna gelap dan berbicara bahasa Inggris dengan baik" dilaporkan hilang pada Sabtu dekat jurang vulkanik Eldgjá di Eslandia selatan.

Wanita tersebut dilaporkan turun dari bus tur dan tidak pernah kembali. Proses pencarian pun berjalan sepanjang akhir pekan. Ternyata perempuan itu hanya berganti pakaian saat bus berhenti untuk istirahat, dan saat ia kembali ke bus dengan baju baru, tidak ada satu pun penumpang bus yang mengenali dia. 

Saat ada pengumuman orang hilang, si perempuan ini tidak merasa bahwa orang hilang yang dimaksud adalah dirinya. Maka ia pun bergabung membantu tim pencarian.

Sekitar 50 orang bergerak mencari di area tersebut dengan kendaraan dan berjalan kaki, helikopter pun siap membantu. Kemudian wanita itu tersadar bahwa mungkin dia adalah orang yang diduga hilang itu, lalu ia melaporkan diri ke polisi. Proses pencarian pun dihentikan pada Minggu pagi (26/8).

source: yahoo.co.id

Secara tidak harfiah

Seorang anak muda. Sebut saja namanya Lea. Seperti anak remaja pada umumnya, Lea tengah mencari jati dirinya. Walau tubuhnya ada bersama rohnya, dan ia tahu itu, tapi entah kenapa ia tetap merasa tengah tersesat. Ia terus berusaha mencari di mana dirinya berada. Ia merasa bingung, gelisah, ragu-ragu, seolah semuanya abstrak, tidak ada yang jelas dan signifikan. Ia tersesat di dunia luar maupun dunianya sendiri.

Bagaimana bisa berjalan dengan lurus, sedangkan Lea belum menemukan dirinya sendiri? Menemukan jiwanya? Dan selama ini ia harus menjalani hal-hal yang... dengan setengah hati dilakukannya. Hal-hal yang membuat Lea mau tidak mau harus meninggalkan hal lain yang begitu dicintainya.

Lea butuh kompas. Kompas yang bisa menunjukkan arah padanya mengenai pencapaian dalam hidup. Ya, tujuannya lahir dan berpijak di atas bumi ini. Kompas itu bisa diibaratkan seperti teman-teman Lea, teman-teman yang benar-benar penuh kasih sayang secara timbal balik. Teman yang berteman dengannya tanpa memandang alasan apapun, juga tak memandang bagaimana situasi dan kondisi Lea. Mereka selalu ada untuknya. Tanpa memandang untung atau rugi.

Lea bersyukur ia mempunyai beberapa. Kompas-kompasnya itu adalah pemandu hidupnya yang setia menemaninya sejak lama. Lea tahu dirinya tidak memiliki kelebihan yang berarti. Apa yang bisa ia berikan kepada teman-temannya sedangkan teman-temannya telah memberinya begitu banyak? Seringkali Lea tak habis pikir ada saja orang yang tahan dengan dirinya. Padahal dia merasa tidak kaya, tidak cantik, tidak pintar, tidak menyenangkan, tidak punya apa-apa yang bisa dibanggakan. Sadar akan dirinya yang super pas-pasan, Lea selalu berusaha untuk membantu orang lain. Ia ingin berbagi indra pendengarannya untuk wadah sharing, ia ingin berbagi semangatnya pada orang lain, ia ingin berbagi buah pikirannya pada dunia, pokoknya ia ingin bermanfaat untuk orang lain, dan juga dunia.

Untunglah, Lea masih tidak khilaf untuk mengakhiri hidupnya di tengah cobaan yang begitu berat. Walau kompas-kompasnya satu per satu hilang, mereka tidak pernah habis. Lea berterimakasih pada Allah SWT yang selalu menolongnya di saat-saat kritis. Allah pun tidak membiarkan Lea menyerah begitu saja. Ia ingin membuat Lea kuat, dan pada saatnya... Lea kelak akan menemukan dirinya yang sejati, dan menjadi sosok yang lebih baik lagi.

Hendaknya manusia memang tidak berburuk sangka pada Tuhan meski ia sedang dalam situasi yang tidak mengenakkan. Sabar, dan jalani saja. Allah SWT selalu menemani dan memberi petunjuk yang sebaik-baiknya dalam proses menjadi manusia yang lebih baik lagi.

source: my mind
Next PostNewer Post Previous PostOlder Post Home

0 comments:

Post a Comment