sebenarnya ini ingin kupendam dalam-dalam. tapi entah kenapa, aku sudah tidak tahan lagi.
mungkin saat membaca ini kau akan pikir, aku hanya bermaksud melimpahkan semua kesalahan padamu, tidak. aku tidak bermaksud begitu. aku hanya ingin kau setidaknya bisa berpikir setelah membaca semua ini. dan kuharap, tindakan selanjutnya yang akan kau lakukan adalah...... mendukungku. mendukungku atas apa yang aku lakukan. aku sudah cukup dewasa untuk bisa diberi tanggung jawab bukan?
tapi kau selalu menganggap semuanya sebagai beban. dan segala beban menurutmu sangat tidak enak, menyusahkan, dan menyebalkan. yah, karena kau dulunya anak ipa. seandainya kau mendalami ekonomi, kau akan menganggap beban adalah sesuatu yang harus direlakan demi kelangsungan usaha/hidup. jadi, manusia memang tidak pernah lepas dari beban. mau lepas? yah, jangan hidup.
kita mulai dari awal......
siapa yang membuatku harus tinggal di.... sana..... pertama2? di daerah yang cukup terpencil. jauh dari mana-mana. terutama dalam hal transportasi umum.
mending kalau saja kau mau tanggung jawab dengan bersedia mengantar jemput minimal sampai aku mendapatkan angkot. tapi......? tidak. yang melakukannya bukan kau. orang lain. dan aku merasa menyusahkannya. sejak aku smp selalu begitu.
hingga di sma, akhirnya aku ikut jemputan. tapi aku merasa jemputan kurang efektif juga. karena aku banyak kegiatan yang membuat aku harus datang lebih pagi lagi atau pulang lebih sore lagi.
akhirnya aku memutuskan untuk keluar dari jemputan, itu pun setelah merundingkannya dan juga dengan persetujuan darimu.
kembali seperti smp, yang mengantarku sampai ke angkot adalah bukan kau, tapi orang lain.
aku merasa jadi merepotkannya.
apalagi, setelah kelas 11 ini, olahragaku dijadwalkan paling lambat datang jam 6 pagi. gurunya sangat tegas dan tidak mau toleransi. bayangkan waktu rumahku masih di sana..... rasanya setengah hidup aku berangkat ke sekolah. dan kali ini aku merepotkanmu, bukan orang lain. meski tetap saja yang membangunkanku, membantuku siap2 adalah orang lain. kau bisa bangun lebih siang dari orang itu karena kau hanya mengantarku. itu pun tidak diantar sampai sekolah kan.
kau tahu betapa aku berusaha sabar dan............ bertahan?
aku tidak mau letih hanya karena hal yang tidak kusukai. aku lebih baik letih karena hal yang kusukai. seperti mengikuti kegiatan di sekolah. lomba, ekskul, olimpiade, apalah itu...
kegiatan2 yang membuatku harus pulang sore.
aku diperingatkan, dan aku mulai mengurangi frekuensi sering pulang sore itu.
tapi asal kau tahu, ini bukan karena aku kelamaan ikut kegiatan di luar pelajaran. tapi justru pelajaran itu lah yang menghabiskan waktuku. selain senin dan jumat, KBM untuk kelas IPS selalu selesai sekitar jam 4 sore. kalau aku sholat dulu di sekolah, maka aku baru bisa pulang jam setengah lima. dan perjalanan itu memakan waktu. belum lagi macetnya. bisa2 aku sampai di rumah habis magrib. aku serius. ini sering terjadi.
dan puncaknya, ada kejadian di mana aku benar-benar......... muak. marah. dan sebagainya. padahal aku yang dimarahi. tapi aku jadi berbalik lebih marah lagi.
waktu itu aku pulang sore terus bukan karena disengaja! tapi memang itu kewajiban, karena aku mewakili sekolah...... bahkan mewakili kota..... untuk mengikuti kompetisi seprovinsi. otomatis ada persiapan yang membuat aku tidak bisa pulang cepat ke rumah.
ketika aku pulang terlalu sore, aku tidak pernah tenang jika belum sholat magrib dulu. jadi aku selalu menyempatkan mampir di rumah sahabatku. dan dari sana, aku akan meminta kau menjemputku.
dan yang kutahu.............
kau marah2 saat aku minta jemput.
kau kesal karena aku pulang sore terus.
kau bilang aku jangan ambil semua kegiatan.
kau menjelaskan saat itu kau sedang terjebak kemacetan di jakarta.
lalu aku bilang, aku mau naik ojeg saja.
tapi kau bilang jangan
kau melarangku habis2an.
dan bilang kau akan menjemputku tengah malam di rumah sahabatku itu.
aku sih terserah. tapi setelah itu kau tetap marah2 dengan pilihan yang kau cetuskan sendiri. aku tidak mengerti jalan pikirannya. dan karena aku merasa tidak enak, dengan segala resiko yang ada aku tetap nekat pamit dari rumah sahabatku dan naik ojek saja.
aku sampai di rumah dengan selamat. aku percaya Allah melindungiku. aku memaklumi kekhawatiranmu, tapi tolong penyampaiannya jangan menyebalkan seperti itu. karena yang aku tangkap adalah kau membenciku, menganggap aku beban yang merepotkan, bukan mengkhawatirkan aku.
akhirnya aku benar2 capek dan mengatakannya......
"aku ingin ngekost"
selain capek dengan perjalanan sekolah-rumah, sejujurnya...... aku juga capek...... cek-cok denganmu.
yang aku harapkan adalah, dengan jarak yang jauh, justru kita bisa semakin dekat. karena sepengetahuanku, kalau jarang bertemu, sekalinya bertemu suasana jadi lebih hangat kan?
awalnya kau tidak setuju. tentu saja. malah kau menyarankan aku pindah sekolah ke luar kota.
tapi aku tahu itu tidak akan berhasil.
dan benar saja. akhirnya aku jadinya......ngekost.
sebenarnya aku terus merasa lancar-lancar saja. tapi belakangan ini sikapmu mulai berubah lagi. seperti lagi2 menunjukkan ketidak sukaan. ya, kau ingin aku berhenti? karena apa?
aku menerima sms dari orang itu tentang kamu
"kamu harus nunjukin kalo kamu makin mandiri, mau nyuci baju sehari2 sendiri, dan kalopun dianter ke kostan cuma sampe jalan raya aja."
"wtf" adalah kata2 pertama yang gue omongin saat baca ini.
nyuci baju sendiri? HALAAAAAW saya melakukan itu sedikitnya tiga kali seminggu di kostan! yang saya laundry ya baju seragam, sisanya saya cuci sendiri lah!
mungkin saya dianggap tidak nyuci baju sendiri karena waktu minggu lalu saya pulang, saya tidak nyuci baju sendiri. HA-LOOOOOOOOOOO! waktu itu saya sakit! berdiri aja susah, mau nyuruh saya tetep nyuci? mau saya tifus terus mati!?
saya juga pasti nyuci sendiri kalo nggak sakit!!!!! kalopun saya lupa ya tinggal ingetin! jangan main langsung ngejudge elah!
kalopun dianter cuma sampe jalan raya? oke! gue udah tau akhir2nya pasti gini kok! gue udah siap! gue tau aspal yang kurang mulus memang nggak cocok buat orang kayak kau!
sudah cukup! saya pusing! tidak bisakah sekali saja kau mendukung dengan sungguh2 apa yang aku lakukan? tanpa pamrih? tanpa mengomel sedikit pun? bisakah?
saya tidak membencimu. saya hanya tidak menyukai sifat burukmu. sifat burukmu itu adalah kelemahan saya, yang entah kenapa dapat dengan mudah membuat saya ingin menangis dibandingkan hal2 lain di dunia ini. saya menyayangimu. karena itu saya menulis ini tanpa menyebutkan namamu. karena itu saya memakai kata ganti kau atau kamu. karena saya tidak bermaksud mencemarkan namamu.
entahlah. saya tidak yakin juga kau akan membacanya.
0 comments:
Post a Comment